Jejak Langkah


Minke pergi ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan di STOVIA. Sebuah peristiwa telah mengubah Minke ketika belajar di STOVIA. Minke mendengarkan ceramah dari seorang “pensiunan dokter jawa”. Eyang Pram hanya menulis “Pensiunan Dokter Jawa”. Ceramah mengenai anjuran bahwa pribumi wajib membela bangsanya sendiri melalui cara yang sistematis. Ceramah ini membekas di sanubari. Minke merasa mendapat tambahan energi untuk membantu pribumi. Namun, Minke masih bingung bagaimana mewujudkan perjuangan dalam aksi nyata.
Kebetulan, Minke menikahi Ang San Mei. Seorang wanita pejuang kemerdekaan china yang diburu pemerintah disana kemudian lari ke Indonesia. Ang San Mei membantu Minke untuk memahami pidato tersebut. Pribumi harus memiliki jiwa nasionalisme untuk mengalahkan Belanda menurut istrinya. Perjuangan harus melalui organisasi agar lebih sistematis. Ang san mei sangat berjasa dalam perjalanan perjuangan Minke. Sayang, Ang San Mei tidak berumur panjang. Minke harus merawat istri dengan penuh kasih sayang sampai pendidikan di STOVIA tidak terurus. Minke tidak bisa menjadi dokter dan menjadi duda untuk kedua kali.
Minke memulai babak baru dalam perjuangan membela pribumi. Minke pun mendirikan “Medan Prijaji” sebagai alat perlawanan atas ketidakadilan yang menimpa Pribumi. “Medan Prijaji” menjadi koran pertama yang berbahasa Melayu di Hindia Belanda. Koran ternyata belum efektif dalam mencerdaskan Pribumi maka Minke mendirikan organisasi yaitu “Sjarikat Prijaji”. Minke dibantu Thamrin Mohammad Tabhrie mendirikan Sjarikat Prijaji. Sjarikat ini mampu mendongkrak tiras “Medan Prijaji” hingga ribuan eksemplar. Atas bantuan sahabatnya Teer Har maka Minke diundang perayaan pengangkatan Gubernur Jenderal Van Heutsz di Buitenzorg. Minke mulai bersingunggan “penakluk Aceh dan Bali”. Hal ini membuat dirinya sejajar dengan ayahnya.
Sjarikat Prijaji melakukan advokasi hukum terhadap pribumi yang ditindas oleh Totok Belanda, Arab, Cina maupun Indo. Ribuan rakyat pribumi telah dibela melalui sjarikat dengan menyewa pengacara Belanda. Sjarikat Prijaji bubar karena digerogoti dari dalam. “Medan Prijaji” melakukan advokasi sendirian dengan seorang pengacara handal Hendrik Frischboten. Pengacara ini tidak mengenal lelah dalam melakukan advokasi melawan ketidakadilan.
Gairah mendirikan Sjarikat Dagang Islam. Minke dibantu Thamrin Mohammad Tabhrie, Sandiman, Marko, Wardi dan istri ketiganya Prinses Kasiruta. Azas Organisasi ini adalah Islam. Organisasi ini berkembang dengan pesat karena tidak ada pembedaan antara priyayi dan rakyat jelata. Tiras “Medan Prijaji” semakin meningkat seiring perkembangan Sjarikat Dagang Islam. Perlawanan terhadap penindasan semakin berkobar. Minke bersinggungan dengan “orang kiri” dengan metode “boikot” atau pemogokan. Tindakan yang bersifat masal mempengaruhi ekonomi secara massif. Minke terus maju dengan strategi boycott. Anggota berduyun-duyun ke Sjarikat Dagang Islam versi Minke. Ribuan orang bersatu dibawah kepemimpinan Minke.Industri Gula mengalami masalah besar dengan “boikot”. Minke mengenalkan “boikot” kepada pimpinan pusat Sjarikat Dagang Islam. Hal tersebut berpengaruh signifikan yang menyebabkan perpecahan di Sjarikat Dagang Islam.Namun, “Medan Prijaji” melakukan kesalahan yang fatal yaitu membully Gubernur Jenderal Idenburg. Bullying menggunakan kata-kata kotor dan menyudutkan.Pemerintah Hindia Belanda mempunyai alasan menangkap Minke. Kepala Polisi Pangemanann memimpin operasi penangkapan (kisah Rumah Kaca). Minke dihukuma pengasingan ke salah satu pulau di Maluku. Sjarikat Dagang Islam mengalami kekosongan pemimpin. “Medan Prijaji” ditinggalkan oleh sang pendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *