Filsafat terbagi menjadi dua secara garis besar yaitu Filsafat barat dan filsafat timur. Dua aliran filsafat ini mempunyai dua tujuan yang berbeda pula. Filsafat barat bertujuan mendapat kebijaksanaan dan hikmah. Filsafat ini berkembang d daratan eropa dan Amerika. Mereka mengembangkan filsafat yang berakar dari filsafat yunani. Filsafat dianggap sebagai mother of science sehingga menciptakan kemajuan di eropa dan amerika. Filsafat barat mengambil prosentase yang besar bagi logika dan rasionalitas. Orang barat menjadi logis dan rasional. Kehidupan mereka berlandaskan atas logika dan rasionalitas. Akibatnya, Amerika dan Eropa mengalami kemajuan peradaban namun mengalami kekosongan jiwa. Beberapa orang barat mengalami kegelisahan karena perasaan hampa sehingga mulai melirik filsafat timur.
Filsafat timur itu sebagian besar dimulai dari peradaban India dan China. Hal tersebut berdasarkan pelacakan manuskrip kuno. Orang timur berusaha menyempurnakan hidup dengan menyelaraskan diri dengan alam semesta. Keselarasan hidup untuk menggapai kesempurnaan hidup. Ajaran-ajaran filsafat India banyak sekali yang mengajarkan keselarasan hidup melalui ajaran Hindu. Filosof China juga mengajarkan selaras dengan alam melalui konfusianisme. Orang Jepang juga mengajarkan hidup yang harmonis sehingga mereka mempunyai usia yang panjang.
Filsafat barat dan filsafat timur itu ternyata komplementer. Kemajuan peradaban barat mengalami kehampaan karena mengabaikan humanisme. Filsafat timur mesti distimulasi dengan filsafat barat sehingga meningkatkan kualitas kehidupan. Film Samurai menggambarkan usaha jepang atau dunia timur untuk mengadopsi kemajuan teknologi barat dan Film Eat, Pray and Love menggambarkan usaha seorang wanita barat mencari kedamaian dengan mengunjungi Italia, India dan Bali. Filsafat Timur dan Filsafat Barat saling tarik-menarik mencari keseimbangan.
Orang jawa juga mengembangkan filsafat timur di bawah pengaruh tiga agama yaitu Hindu, Budha dan Islam. Filsafat jawa memiliki pedoman dan nilai yang dipegang teguh oleh orang Jawa yang agraris. Filsafat jawa diinisiasi oleh para empu di masa Kerajaan Majapahit (Empu Kanwa, Empu Sedah, Empu Panuluh dsb) kemudian dikembangkan oleh filosof Islam ( Sultan Agung, Ronggowarsito, Paku Buwono dan Mangkunegoro). Filsafat jawa kemudian diturunkan menjadi ajaran/falsafah. Artikel ini membahas 10 falsafah hidup yang berakar dari falsafah jawa, yaitu :
- Aja rumangsa bisa, Nanging bisa rumangsa
Orang jawa tidak boleh sombong. Orang mempunyai keyakinan bahwa “diatas langit masih ada langit”. Dunia ini luas maka kita tidak tahu pasti siapa yang paling kuat di dunia sehingga harus “sadar diri” atas kelebihan dan keterbatasan diri. “Sadar Diri” akan melahirkan sifat welas asih dan mawas diri kemudian membawa kebahagiaan.
- Migunani Tumraping Liyan
Manusia berusaha tidak menjadi beban dan bermanfaat bagi orang lain. Manusia yang menjadi beban masyarakat identik menjadi sampah masyarakat. Manusia harus mampu berbuat baik kepada sesama manusia dan alam.
- Eling sangkan paraning dumadi
Orang jawa harus menyadari bahwa setiap manusia itu lemah. Manusia bertahan hidup dan berkembang itu semua atas izin Allah SWT. Manusia mampu menjalani hidup dengan bantuanNYA. Manusia harus memiliki rasa terimakasih kepada Allah SWT atas kehidupan yang diberikan oleh-NYA. Maka, manusia harus beribadah kepada Allah SWT tanpa melakukan kesyirikan sebagai wujud rasa terimakasih.
- Urip iku urup
Manusia hidup tidak untuk makan saja. Hidup itu harus dinamis. Manusia wajib memperbaiki kehidupan dan melakukan perubahan. Manusia harus mengembangkan potensi diri. Kehidupan manusia harus selalu menyala dan berguna.
- Sura dira jaya ningrat lebur dening pangastuti
Manusia harus memiliki keyakinan bahwa kejahatan mesti kalah oleh kebaikan. Manusia tidak boleh pasrah melihat kejahatan. Manusia harus berusaha untuk melawan kejahatan dengan kebaikan. Manusia membasmi kejahatan, keras hati dan pikiran yang picik dengan menggunakan setiap kebaikan yang disampaikan dengan sikap sabar dan lembut.
- Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji , sugih tanpa bandha
Kejayaan tidak boleh berdiri dengan berlandaskan rasa sombong dan penindasan. Kejayaan harus ditopang dengan rasa kebersamaan, penghormatan atas nilai kemanusiaan dan rasa welas asih.
- Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan
Manusia harus selalu mensyukuri segala kondisi yang baik atau buruk. Orang jawa meyakini rasa ikhlas atas segala kondisi merupakan sumber kebahagiaan. Rasa Ikhlas berawal dari sebuah keyakinan bahwa bahagia dan sedih akan selalu bergantian menghampiri kehidupan manusia.
- Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan, ojo aleman
Manusia menjalani hidup harus tenang. Apabila kebahagiaan menghampiri harus bersyukur dan kesedihan melanda maka harus bersabar. Manusia tidak boleh terlalu senang sekaligus sedih. Apabila manusia menjalani hidup tanpa rasa tenang maka tidak akan pernah bahagia.
- Ojo adigang, adigung, adiguna
Setinggi apapun kedudukan manusia dan sekuat apapun manusia maka manusia itu bukan Tuhan. Manusia selalu memiliki kelemahan. Manusia hanya bergantung kepada Allah SWT semata. Kesombongan merupakan awal kehancuran. Manusia tidak boleh sombong.
- Ojo milik barang kang melok, ojo mangro mundak kendo
Manusia harus memiliki prinsip hidup dan tidak mudah tergoda dengan gemerlap dunia. Manusia yang mudah tergoda kehidupan dunia berarti tidak mempunyai prinsip hidup. Manusia yang tidak berprinsip tidak akan pernah tentram, bergejolak, membawa kehancuran dan penyesalan.