Penjelasan mengenai Wahyu dan Ilham berada di beberapa kitab yaitu 1) kitab Risalatut Tauhid karangan Syekh Muhammad Abduh pada halaman 108, 2) kitab Al Kulliyat karya Imam Abul Baqo’ di halaman 373 dan 3) kitab At Ta’rifat karya Syarif Ali Muhammad Al Jurjani di halaman 34. Allah SWT mendatangkan Ilham kepada yang dikehendaki-Nya sepanjang masa seperti kisah Ibunda Nabi Musa AS. Allah SWT juga menurunkan wahyu kepada para Nabi yang dikehendaki seperti kisah Nabi Musa AS menyeberangi laut merah.
Firaun telah mengetahui bahwa ajaran Nabi Ibrahim AS mengabarkan jika akan ada seorang anak laki-laki keturunan Ibrahim AS menghancurkan Raja Mesir. Ajaran ini membuat Firaun khawatir. Rasa khawatir telah memuncak sehingga Firaun memerintahkan untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari Bani Israel.
Keputusan ini membuat Ibunda Nabi Musa AS merasa takut dan bingung. Beliau memiliki seorang bayi laki-laki yang berketurunan bani Israel yaitu Musa AS. Ibunda Nabi Musa AS meyakini bahwa si bayi pasti dibunuh. Ketakutan ini beralasan karena mata-mata Firaun telah berkeliaran di seluruh penjuru mesir. Mereka mencari bayi laki-laki Bani Israel untuk dibunuh. Allah SWT “menenangkan” (فَأَلْقِيهِ) Ibunda Nabi Musa AS melalui Ilham. Allah SWT “mengilhamkan” ke Ibunda Nabi Musa AS untuk menghanyutkan ke Sungai Nil yang diabadikan dalam QS Qhosos: 7. Atas pertolongan Allah SWT maka Nabi Musa AS tidak dapat dibunuh.
وَاَ وْحَيْنَاۤ اِلٰۤى اُمِّ مُوْسٰۤى اَنْ اَرْضِعِيْهِ ۚ فَاِ ذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَ لْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَا فِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚ اِنَّا رَآ دُّوْهُ اِلَيْكِ وَجٰعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
“Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas (keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul.”( QS Qhosos: 7)
Nabi Musa AS melakukan dakwah atas Firaun. Dakwah ini cukup berat dan membutuhkan kesabaran sampai nabi Musa AS dikenal sebagai golongan “Ulul Azmi”. Puncak dari perjuangan dakwah yaitu Nabi Musa AS dan para pengikut dikejar-kejar oleh pasukan Firaun sampai di tepi laut merah. Rombongan Nabi Musa AS berhenti karena tidak ada jalan keluar.
Nabi Musa AS memohon petunjuk kepada Allah SWT. Ternyata, Allah SWT mewahyukan bahwa tongkat yang dipegang Nabi Musa AS dipukulkan ke tanah sehingga laut menjadi terbelah. Nabi Musa AS dan pengikutnya berjalan melintasi laut yang terbelah. Firaun beserta pasukan mengejar dari belakang. Rombongan nabi Musa AS telah sampai di seberang lautan dan diwahyukan untuk memukul tongkat ke tanah lagi sehingga laut menyatu lagi. Firaun dan pasukan terjebak di tengah lautan dan tenggelam kemudian mati. (QS. Asy-Syuara’ : 60 – 66)
وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَا عُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَـتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
اَفَمَنْ وَّعَدْنٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَا قِيْهِ كَمَنْ مَّتَّعْنٰهُ مَتَا عَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ
وَيَوْمَ يُنَا دِيْهِمْ فَيَـقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَآءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ
قَا لَ الَّذِيْنَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هٰۤؤُلَآ ءِ الَّذِيْنَ اَغْوَيْنَا ۚ اَغْوَيْنٰهُمْ كَمَا غَوَيْنَا ۚ تَبَـرَّأْنَاۤ اِلَيْكَ مَا كَا نُوْۤا اِيَّا نَا يَعْبُدُوْنَ
وَقِيْلَ ادْعُوْا شُرَكَآءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَهُمْ وَرَاَ وُا الْعَذَا بَ ۚ لَوْ اَنَّهُمْ كَا نُوْا يَهْتَدُوْنَ
وَيَوْمَ يُنَا دِيْهِمْ فَيَـقُوْلُ مَا ذَاۤ اَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِيْنَ
فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْاَ نْۢبَآءُ يَوْمَئِذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَآءَلُوْنَ
Lalu, (Fir‘aun dan bala tentaranya dapat) menyusul mereka pada waktu matahari terbit. Ketika kedua golongan itu saling melihat, para pengikut Musa berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Dia (Musa) berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.” Lalu, Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut dengan tongkatmu itu.” Maka, terbelahlah (laut itu) dan setiap belahan seperti gunung yang sangat besar. Di sanalah Kami dekatkan kelompok yang lain. Kami selamatkan Musa dan semua orang yang bersamanya. Kemudian, Kami tenggelamkan kelompok yang lain (QS. Asy-Syuara’ : 60 – 66)
Wahyu hanya diberikan oleh Allah SWT kepada para Rasulullah untuk kemaslahatan seluruh umat manusia atau umat tertentu. Wahyu telah tertutup sejak meninggalnya Nabi Muhammad SAW diutus. Ilham diberikan hanya kepada manusia yang dikehendaki dan menjadi wewenang Allah SWT.