Surat Dakwah Rasulullah SAW Kepada Para Penguasa

Rasulullah SAW sedang membuat parit untuk perang Khandaq di pinggir Kota Madinah. Para sahabat mendapatkan batu besar yang tidak bisa dipecahkan ketika menggali parit. Rasulullah SAW maju kemudian membaca, “Bismillah”. Rasulullah SAW memukul dan berhasil menghancurkan sepertiganya. Beliau tiba-tiba mengucapkan, “Allahu akbar, aku telah di beri kunci-kunci Syam dan Demi Allah, aku melihat istana yang merah”. Rasulullah SAW memukul kembali batu  untuk kedua kali dan menghancurkan sepertiga berikutnya. Rasulullah SAW mengucapkan, “Allahu akbar dan aku telah diberi kunci Persia dan Demi Allah, aku melihat istana yang putih.” Rasulullah SAW memukul batu yang terakhir kali dan memecahkan batu yang tersisa. Rasulullah SAW mengucapkan, “Allahu akbar dan  aku telah di beri kunci Yaman dan Demi Allah, aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.”Ini merupakan mu’jizat dan petunjuk Allah SWT mengenai masa depan Islam yang diberikan kepada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW berdakwah seperti biasa setelah perang Khandaq sampai dengan masa damai karena Sulhu Hudaibiyyah. Ini merupakan perjanjian damai antara Muslimin dan kaum Quraisy. Sebagian Sahabat Rasulullah SAW menolak Sulhu Hudaibiyah karena dianggap merendahkan muslimin. Strategi Dakwah Rasulullah SAW dengan menerima Sulhu Hudaibiyah ternyata jitu. Rasulullah SAW mempunyai kesempatan berdakwah dengan jangkauan lebih luas. Rasulullah SAW telah mendapat petunjuk ketika perang Khandaq mengenai kemenangan Islam di Syam, Persia dan Yaman. Rasulullah SAW harus mengupayakan dengan segala usaha. Kemenangan tersebut harus dijemput dan tidak hanya ditunggu.  Langkah Pertama, Rasulullah SAW memperkenalkan Islam bagi beberapa penguasa atau Raja di wilayah sekitar Jazirah Arab dengan mengirim surat.

Surat ditulis oleh Zaid Bin Tsabit yang menjadi penulis utama bagi Rasulullah SAW. Seluruh surat yang dikirim memiliki skema yang hampir sama. Surat menggunakan stempel dari cincin Rasulullah SAW. Bagian pertama surat selalu diawali dengan bacaan basmalah, salam, hamdalah dan syahadat. Syahadat menjadi ciri utama yang merupakan ajakan masuk Islam. Bagian isi surat berisi ajakan untuk menjadi seorang muslim bagi penguasa dan kewajiban yang harus dilakukan setelah menjadi muslim. Bagian akhir surat mengenai harapan untuk menjadi muslim dan ancaman dari Allah SWT apabila tidak menjadi muslim dengan mengutip ayat dari Al-Quran. Ini menjadi ciri dakwah Rasulullah SAW yang selalu memberi pilihan bukan paksaan. Menjadi seorang muslim bukan sebuah paksaan.

Dakwah Islam memasukai fase baru dengan metode korespondensi. Surat dikirimkan ke berbagai wilayah dari wilayah Afrika, Syam, Persia dan Yaman. Para penguasa tersebut antara lain : Hauzah (Raja Yaman), Jaifar dan ‘Abd (Raja Oman), Munzir (Raja Bahrain), Harits Al-Gassani ( Raja Syam), Al-Muqawqis (Penguasa Mesir), Heraklius (Kaisar Romawi), Kisra (Raja Persia), Najasi (Raja Habasyah/Ethiopia). Setiap penguasa memberi respon yang berbeda-beda terhadap surat yang telah diterima.

  1. Surat kepada Hauzah, Raja Yamamah

“Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Ketahuilah bahwa agamaku akan dipeluk orang yang kaya maupun orang yang miskin. Masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan akan kuserahkan apa yang ada di tangan tuan saat ini.”

Salith bin Al-Amiri menjadi kurir ke Haudzan Bin Ali. Salith disambut dengan ramah tamah dan menyuruhnya masuk ke rumah. membaca surat dari Rasulullah SAW dan menulis  balasan , sebagai berikut:

“Sungguh bagus dan baik apa yang tuan serukan. Sementara itu banyak orang-orang Arab yang takut terhadap kekuasaanku. Jika tuan mau memberikan sebagian urusan kepadaku, tentu aku mau mengikuti tuan.”

Jibril mengabarkan kepada Rasulullah SAW bahwa Haudzan sudah meninggal dunia setelah Fathu Makkah. Kemudian , Rasulullah SAW bersabda :

Dari Yamamah ini, akan muncul seorang pendusta yang membual sebagai nabi. Dia akan menjadi pembunuh sepeninggalku”.Ada seseorang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang dibunuhnya?” Beliau menjawab, “Kamu dan rekan-rekanmu.”

2. Surat kepada Jaifar dan ‘Abd, Raja Oman

Surat dikirm kepada Jaifar dilakukan dikirimkan setelah Perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah SAW menulis surat kepada Raja Oman, Jaifar dan Abd, keduanya adalah anak Al-Julunda. Inilah surat beliau:

Bismillahir-rahmanir-rahim.

Dari Muhammad bin Abdullah, kepada Jaifar dan Abd bin Al-Julunda. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba’d. Sesungguhnya aku menyeru tuan berdua dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya tuan berdua akan selamat. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada semua manusia, untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan terhadap orang-orang kafir. Jika tuan berkenan mengikrarkan Islam, maka aku akan mengukuhkan kerajaan tuan, namun jika tuan enggan mengikrarkan Islam, maka kerajaan tuan pasti akan berakhir dan kudaku pasti akan menginjakkan kaki di halaman tuan dan nubuwahku akan mengalahkan kerajaan tuan.

Akhirnya Jaifar dan Abd bin Al-Julunda masuk Islam dan beriman kepada Rasulullah SAW. Bahkan keduanya siap menyerahkan sedekah dan kerajaan tetap berada di tangan mereka berdua. Mereka sangat membantuku dalam menghadapi orang-orang yang hendak menentang.

3. Surat kepada Munzir, Raja Bahrain

Munzir ibn Sawa adalah gubernur pada wilayah yang meliputi Bahrain modern , Arab Saudi bagian timur, Kuwait , Irak Selatan, Qatar , Uni Emirat Arab. Penduduk Jazirah Arab bagian timur menyembah dewa-dewa dan beberapa menganut Kristen Nestorian. Rasulullah SAW mengutus  Al-Ala’a Al-Hadrami pada tahun 628. Munzir, mengumumkan masuk Islam dan bersama seluruh penduduk Arab di Bahrain.  Ini menandai dimulainya era Islam di Bahrain. Al-Ala’a Al-Hadrami ditunjuk sebagai wakil Rasulullah SAW di Bahrain untuk memungut Zakat.

4. Surat kepada Al-Harits Al-Gasasani, Raja Siria

Inilah surat yang ditulis Nabi SAW kepadanya:

“Bismillahir rahmanir-rahim

Dari Muhammad Rasul Allah, kepada Al-Harits bin Abu Syamr. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, percaya dan membenarkannya. Aku menyeru tuan agar beriman kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, niscaya akan kekal kerajaan tuan.”

Beliau menunjuk Syuja’ bin Wabb dari Bani Asad bin Khuzainah untuk mengantarkan surat itu. Al-Harits Al- Gasasani membaca surat dan berkata,

“Siapa yang mau merebut kerajaan ini dari tanganku, aku pasti akan menghadapinya.”

Akhirnya, Al-Harits Al- Gasasani tidak mau masuk Islam.

5. Surat kepada al-Muqawqis, Penguasa Mesir

At-Tabari menyatakan bahwa Rasulullah SAW mengutus delegasi yaitu Hatib ibn Abi Balta’ah  pada bulan Dzulhijjah pada tahun 6 H (Mei 628). Hal ini sesuai dengan berita bahwa Maria al-Qibtiyyah melahirkan Ibrahim Bin Muhammad di bulan maret atau april 630 M. Al-Muqawqis memerintahkan bahwa surat disimpan di peti gading  yang diletakkan pada kas negara. Surat tersebut ditemukan di sebuah biara Kristen kuno di antara tumpukan buku Koptik di kota Akhmim Mesir.

Surat tersebut kemudian disimpan Sultan Abdul Majid I di Departemen Peninggalan Suci di Museum Topkapi. Muqawqis tidak bisa mengambil risiko karena kerajaan tidak menerima Islam. Utusan Rasulullah SAW kembali ke Madinah dengan membawa beberapa hadiah termasuk dua budak wanita yaitu Maria al-Qibtiyya yang dinikahi Muhammad, dan Sirin binti Shamun yang dinikahi Hassan ibn Thabit .

6. Surat kepada Heraklius, Kaisar Romawi

Kaisar Heraklius merupakan kaisar dari Dinasti Romawi Timur atau Kaisar Bizantium. Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam  dalam buku Kelengkapan Tharik Rasulullah diriwayatkan oleh Abu Hatim bin Hibban dalam Sahih lbnu Hibban, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mau pergi mengantarkan suratku ini kepada Kaisar, ia dijanjikan masuk Surga.” Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana kalau ia tidak mau menerimanya?” Beliau bersabda, “Meskipun ia tidak mau menerimanya.”

Maka Rasulullah SAW menunjuk  Dihyat bin Khalifah AI-Kalbi untuk membawa surat beliau kepada kaisar Heraklius. Surat tersebut sampai ketangan Heraklius dari Dihyat bin Khalifah AI-Kalbi ketika dia berada di Iliya (Baitul Maqdis, Palestina) saat itu sang kaisar sedang menyempurnakan nazarnya.

7. Surat kepada Kisra, Raja Persia

Syekh Syafiyyurrahman Al Mubarakfuri dalam bukunya yang berjudul Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad menuliskan, untuk mengantarkan surat ini Nabi Muhammad memilih Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi.  Ketika surat itu dibacakan maka Raja Kisra langsung merobek-robek dan berkata, “Seorang hamba yang hina dari rakyatku berani menulis namanya sebelum namaku.” Rasulullah SAW yang mendengar kabar ini bersabda, “Semoga Allah mengoyak-oyak kerajaannya.” Kisra menulis surat kepada Badzan yang menjadi gubernur di Yaman. “Kirimkan dua orang anak buahmu yang kuat kepada orang Hijaz itu agar mereka membawanya kepadaku.” Sabda Rasulullah SAW terwujud di kemudian hari. Persia jatuh di pangkuan Islam

8. Surat kepada Najasy, Raja Habasyah (Etiopia)

Raja Najasy merespon positif surat dari Rasulullah SAW. Habasyah secara yurisdiksi gereja berada di bawah kekuasaan Gereja Orthodoks Koptik Mesir.  Raja Najasy mengulurkan tangan persahabatan untuk membantu umat Islam.  Sejumlah riwayat menyatakan bahwa Surat diikuti dengan pernyataan Raja Najasy untuk memeluk agama Islam tanpa paksaan. Ini masih menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah. Menurut Sa’d bin al-Musayyib, Surat yang dibuat Rasulullah SAW untuk raja Habsyah berisi ajakan untuk tidak menyembah selain Allah, tidak menjadikan selain-Nya sebagai pelindung dan Raja Najasy menyatakan masuk Islam. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *